Euforia Masa Pengenalan Siswa
Tahun ajaran baru sangat identik dengan penerimaan siswa
baru di sekolah manapun, baik itu sekolah negeri ataupun swasta, dari sekolah
yang berada di tengah kota sampai ke sekolah yang berada di pelosok desa. Semua
sekolah sibuk mempersiapkan hadirnya wajah-wajah baru yang akan mengisi
hari-harinya beberapa tahun ke depan di dunia sekolah tersebut.
Bagi sekolah menengah dasar, sekolah menengah atas, dan
universitas atau perguruan tinggi yang memiliki kualitas mutu yang tinggi akan
lebih gencar berpromosi tentang kegiatan apa saja yang dapat siswa nikmati saat
mereka telah resmi menjadi siswa di sekolah tersebut. Namun, bagi sekolah yang
memiliki kualitas kurang baik akan menerima siswa-siswi lebih belakangan.
Maksudnya disini adalah sekolah dengan kualitas yang kurang baik ini akan
menjadi pelampiasan bagi siswa-siswi yang tidak lulus di sekolah-sekolah elite
tersebut.
Walaupun kualitas dari sekolah-sekolah yang ada di
Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan ini ada yang baik dan ada pula yang
kurang baik, namun ada satu kegiatan yang sama di seluruh sekolah tersebut,
yaitu masa pengenalan siswa baru terhadap sekolah.
Masa pengenalan siswa baru terhadap sekolah ini telah ada
sejak jaman dahulu. Tentunya seiring dengan perkembangan jaman yang semakin
moderen ini, masa pengenalan siswa memiliki nama yang berbeda-beda. Dari OSPEK
atau yang berarti Orientasi Pengenalan
Sekolah sampai MOS yang berarti Masa
Orientasi Siswa. Nama boleh saja berbeda, tetapi maksud dan tujuannya tetap
sama.
Menurut para guru yang ada di setiap sekolah, OSPEK
ataupun MOS ini sangatlah berarti penting untuk siswa yang baru masuk. Selain
untuk mengenalkan dunia sekolah, MOS juga bertujuan membiasakan diri siswa yang
baru memasuki tingkat atau jenjang yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Tujuan yang ingin dicapai memang sangatlah mulia. Namun,
dalam kenyataan yang terjadi adalah MOS atau OSPEK ini menjadi momok untuk para
kakak kelas membalas dendam kepada adik-adik kelas yang baru masuk tersebut.
Pasalnya, setahun lalu mereka juga harus melewati tahap pengenalan ini.
MOS yang biasanya dibimbing oleh anak-anak OSIS ini
terkadang disalah artikan. Mereka melaksanakan kegiatan berlandaskn rasa dendam
di dalam hati. Jika ini terus terjadi, mungkin saja MOS akan terus berlanjut
tanpa adanya tujuan yang jelas. Sehingga masa pengenalan siswa ini menjadi
tidak berarti sama sekali.
Masa pengenalan siswa baru kepada lingkungan sekolah
memang sangat diperlukan. Namun, dalam praktik yang sering kita lihat saat
acara ini berlangsung sangatlah berbanding terbalik dari cita-cita awal.
Sebagai contoh, siswa baru sebelum mengikuti kegiatan MOS biasanya akan
dibimbing terlebih dahulu oleh panitia MOS, yaitu anak-anak OSIS. Biasanya
pengarahan ini akan dilakukan sehari sebelum MOS dimulai. Para panitia akan
memberikan perintah kepada siswa baru untuk membawa barang-barang yang
diperlukan saat MOS beberapa hari ke depan. Para
panitia akan menuliskan barang-barang yang harus dipakai selama MOS
berlangsung. Contohnya saja seperti tali rapia yang harus dijadikan sebagai
ikat rambut sebanyak tanggal lahir bagi kaum wanitanya, memakai kaos kaki
dengan warna berbeda, tas yang terbuat dari bakul atau karung goni, sampai
emping yang biasa dipakai bayi.
Kalau dilihat dari tampang para siswa baru tersebut
ketika MOS nanti, sedikitpun mereka tidak terlihat seperti orang-orang yang
akan menuntut ilmu. Mungkin para siswa ini lebih terlihat seperti orang gila
yang lepas dari rumah sakit jiwa. Padahal semestinya sebagai kaum terpelajar,
mereka harus memiliki penampilan yang terpelajar juga. Bukan malah didandani
seperti orang yang tidak pernah mengecap bangku sekolah seperti ini. Dari segi
mana kita dapat mengambil kesimpulan bahwa masa pengenalan siswa ini memiliki
tujuan yang baik untuk siswa baru? Memang, barang bawaan yang dipakai ini
membuat siswa lebih kreatif dalam mengaplikasikan apa yang disuruh oleh panitia
MOS. Akan tetapi, apa gunanya untuk siswa tersebut nantinya, saat mereka telah
duduk di bangku sekolah untuk belajar.
Mari kita telaah lebih jauh lagi tentang masa pengenalan
siswa ini. Para panitia tidak hanya menyuruh siswa baru mengenakan pakaian yang
nyeleneh. Mereka juga telah mempersiapkan senjata ampuh yang khusus mereka
hadiahakan kepada adik-adik kelas mereka ini. Senjata ampuh tersebut adalah
barang-barang aneh yang dikemas dalam bentuk teka-teki. Para siswa baru harus
membawa semua barang yang telah disampaikan oleh panitia MOS untuk keesokan
harinya. Itu artinya, siswa baru harus memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin
untuk menjawab teka-teki dan mencari barang yang diminta oleh panitia. Jika
mereka tidak berhasil membawa barang-barang tersebut, maka konsekuensinya
adalah, siswa baru harus ikhlas menerima ‘perlakuan’ dari panitia. Biasanya
panitia akan memberikan hukuman dari yang nyeleneh sampai yang menguras tenaga.
Padahal tujuan siswa baru ini masuk sekolah adalah untuk belajar, bukan untuk
diberi hukuman seperti ini.
Dalam kegiatan masa pengenalan siswa ini tidak pernah
ketinggalan yang namanya teriakan-teriakan histeris yang diperdengarkan kakak
kelas kepada siswa baru. Mereka akan terus mencari-cari kesalahan yang dibuat
oleh siswa baru supaya mereka punya alasan untuk menghukum dan meneriaki mereka
sesuka hati. Saat ditanya kepada pihak sekolah terkait dengan cara panitia
meneriaki siswa baru ini, mereka mengatakan bahwa hal ini sebagai latihan
mental untuk siswa baru. Namun, jika kita lihat lebih jauh lagi tidak mungkin
di dalam kehidupan sekolahnya nanti seorang siswa akan mendapat permasalahan
yang begitu kerasnya seperti yang dipertontonkan dalam kegiatan masa pengenalan
siswa ini.
Setiap orang memiliki daya tahan yang berbeda-beda saat
dia berada dalam suatu masalah. Ada yang kuat, ada pula yang tidak kuat dalam
menghadapinya. Teriakan-teriakan yang diberikan oleh panitia ini sangatlah
tidak medidik untuk siswa baru. Psikis seseorang yang diteriaki akan mengalami
beberapa gangguan seperti trauma atau gangguan-gangguan yang lain. Tak jarang
siswa baru menangis saat kegiatan ini berlangsung. Kembali lagi kepada tujuan
siswa baru tersebut masuk sekolah. Mereka memiliki tujuan mulia, yaitu belajar
bukan malah menerima teriakan-teriakan tidak jelas yang terkadang meneriaki
kesalahan yang tidak masuk akal.
Kegiatan masa pengenalan siswa ini terus saja
berlangsung. Tak luput dengan hukuman, teriakan, dan hal-hal aneh lainnya yang
menurut penulis tidaklah memiliki manfaat, seperti siswa baru yang harus
mencari tanda tangan semua guru dan panitia MOS. Namun, dengan cara yang aneh
pula seperti para panitia dan siswa baru musti kejar-kejaran. Ada pula panitia
yang sengaja ngumpet dari siswa baru. Tujuannya hanya satu agar siswa baru
tidak dapat melengkapi tanda tangannya dan ujung-ujungnya mereka akan
mendapatkan hukuman lagi. Memang benar, jika kita lihat dari segi positifnya, siswa
baru akan lebih mengenal guru-guru dan kakak kelas mereka. Namun, jika
dibandingkan dengan segi negatifnya, penulis merasa segi negatifnya lebih banyak
daripada segi positifnya.
Dari kegiatan masa pengenalan ini para siswa baru dilatih
untuk menjadi manusia kompetetif yang melakukan berbagai cara agar mereka
terlepas dari hukuman, entah itu cara yang benar atau yang melanggar aturan.
Kegiatan ini juga mengajarkan jiwa premanisme serta mengembangkan sifat yang
mengutamakan balas dendam dan seharusnya jiwa plus sifat seperti ini tidak ada
di dalam kamus para pelajar.
Dengan melihat segi negatif yang bertebaran dalam
kegiatan masa pengenalan siswa baru ini hendaknya kita melakukan pembaruan.
Bisa saja dengan menghapuskan yang namanya masa pengenalan siswa baru atau
menganti semua hal yang berkaitan dengan kegiatan ini. Paling tidak semakin
bertambah tahun, kita bisa meminimalisir segi negatif yang menjamur sejak jaman
dahulu. Sehingga tujuan yang dicita-citakan dari kegiatan ini menjadi jelas dan
terealisasikan secar benar.