Senin, 18 November 2013

Cinta yang Seperti Apa?



Cinta...
Apakah yang bisa diungkapkan tentangnya? Mungkinkah keindahannya? Ataukah rasa sakit yang biasa berbekas setelah kepergiannya? Ya, cinta menyangkut semua rasa. Marah, sedih, bahagia, cemburu, sakit hati, tawa, air mata, dan masih banyak lagi.
Menurutku, cinta adalah pengorbanan. Dimana saat kamu mengatakan kalau kamu mencintainya. Maka, apa yang kamu bisa lakukan untuknya? Apakah hanya rasa cinta saja tanpa embel-embel apapun? Kurasa tidak cukup hanya dengan itu. Cinta memerlukan pembuktian meskipun kita sadari bahwa dalam diri setiap orang pasti memiliki cara yang berbeda-beda untuk menyatakan cintanya. Entah itu dengan kata-kata yang terinspirasi dari kahyangan (baca: kata-kata gombal) atau melalui tindakannya dan masih banyak lagi. Semua itu tidak salah dan semua punya cara masing-masing. Begitupula aku, kamu, kamu, kamu, dia, dan dia.
Berbicara tentang cinta memang tidak akan ada habisnya. Namun, sayangnya saat ini sedang terjadi penurunan arti cinta itu sendiri. Bagi para remaja, cinta hanya menyangkut masalah pacar, berpacaran, dipacari, dan memacari (Nah loh??). Ya, memang benar, mereka pikir wujud cinta hanyalah sebatas status yang mereka katakan berpacaran. Memiliki hubungan yang begitttuu dah pokoknya. Padahal, cinta tidak sebatas itu. Wujud cinta lebih dari itu.
Cinta tingakahnya juga bermacam-macam. Ada orang yang menyakiti tapi mereka mengatakan bahwa itu adalah cinta. Adapula yang memperlakukan cinta dengan begitu agung. Mereka rela melakukan apa saja demi cintanya. Mungkin kalian pernah mendengar atau pernah menjadi si subyek penderita, dimana ada seseorang yang rela mengejar cintanya sampai ketemu walau mungkin cintanya seperti perumpamaan bagaikan pungguk merindukan bulan. Adapula orang yang menanti cintanya sampai begituuu lama. Semua dilakukan hanya karena cinta.

Rabu, 11 Juli 2012

Euforia Masa Pengenalan Siswa


Euforia Masa Pengenalan Siswa
Tahun ajaran baru sangat identik dengan penerimaan siswa baru di sekolah manapun, baik itu sekolah negeri ataupun swasta, dari sekolah yang berada di tengah kota sampai ke sekolah yang berada di pelosok desa. Semua sekolah sibuk mempersiapkan hadirnya wajah-wajah baru yang akan mengisi hari-harinya beberapa tahun ke depan di dunia sekolah tersebut.
Bagi sekolah menengah dasar, sekolah menengah atas, dan universitas atau perguruan tinggi yang memiliki kualitas mutu yang tinggi akan lebih gencar berpromosi tentang kegiatan apa saja yang dapat siswa nikmati saat mereka telah resmi menjadi siswa di sekolah tersebut. Namun, bagi sekolah yang memiliki kualitas kurang baik akan menerima siswa-siswi lebih belakangan. Maksudnya disini adalah sekolah dengan kualitas yang kurang baik ini akan menjadi pelampiasan bagi siswa-siswi yang tidak lulus di sekolah-sekolah elite tersebut.
Walaupun kualitas dari sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan ini ada yang baik dan ada pula yang kurang baik, namun ada satu kegiatan yang sama di seluruh sekolah tersebut, yaitu masa pengenalan siswa baru terhadap sekolah.
Masa pengenalan siswa baru terhadap sekolah ini telah ada sejak jaman dahulu. Tentunya seiring dengan perkembangan jaman yang semakin moderen ini, masa pengenalan siswa memiliki nama yang berbeda-beda. Dari OSPEK atau yang berarti Orientasi Pengenalan Sekolah sampai MOS yang berarti Masa Orientasi Siswa. Nama boleh saja berbeda, tetapi maksud dan tujuannya tetap sama.
Menurut para guru yang ada di setiap sekolah, OSPEK ataupun MOS ini sangatlah berarti penting untuk siswa yang baru masuk. Selain untuk mengenalkan dunia sekolah, MOS juga bertujuan membiasakan diri siswa yang baru memasuki tingkat atau jenjang yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Tujuan yang ingin dicapai memang sangatlah mulia. Namun, dalam kenyataan yang terjadi adalah MOS atau OSPEK ini menjadi momok untuk para kakak kelas membalas dendam kepada adik-adik kelas yang baru masuk tersebut. Pasalnya, setahun lalu mereka juga harus melewati tahap pengenalan ini.
MOS yang biasanya dibimbing oleh anak-anak OSIS ini terkadang disalah artikan. Mereka melaksanakan kegiatan berlandaskn rasa dendam di dalam hati. Jika ini terus terjadi, mungkin saja MOS akan terus berlanjut tanpa adanya tujuan yang jelas. Sehingga masa pengenalan siswa ini menjadi tidak berarti sama sekali.
Masa pengenalan siswa baru kepada lingkungan sekolah memang sangat diperlukan. Namun, dalam praktik yang sering kita lihat saat acara ini berlangsung sangatlah berbanding terbalik dari cita-cita awal. Sebagai contoh, siswa baru sebelum mengikuti kegiatan MOS biasanya akan dibimbing terlebih dahulu oleh panitia MOS, yaitu anak-anak OSIS. Biasanya pengarahan ini akan dilakukan sehari sebelum MOS dimulai. Para panitia akan memberikan perintah kepada siswa baru untuk membawa barang-barang yang diperlukan saat MOS beberapa hari ke depan. Para panitia akan menuliskan barang-barang yang harus dipakai selama MOS berlangsung. Contohnya saja seperti tali rapia yang harus dijadikan sebagai ikat rambut sebanyak tanggal lahir bagi kaum wanitanya, memakai kaos kaki dengan warna berbeda, tas yang terbuat dari bakul atau karung goni, sampai emping yang biasa dipakai bayi.
Kalau dilihat dari tampang para siswa baru tersebut ketika MOS nanti, sedikitpun mereka tidak terlihat seperti orang-orang yang akan menuntut ilmu. Mungkin para siswa ini lebih terlihat seperti orang gila yang lepas dari rumah sakit jiwa. Padahal semestinya sebagai kaum terpelajar, mereka harus memiliki penampilan yang terpelajar juga. Bukan malah didandani seperti orang yang tidak pernah mengecap bangku sekolah seperti ini. Dari segi mana kita dapat mengambil kesimpulan bahwa masa pengenalan siswa ini memiliki tujuan yang baik untuk siswa baru? Memang, barang bawaan yang dipakai ini membuat siswa lebih kreatif dalam mengaplikasikan apa yang disuruh oleh panitia MOS. Akan tetapi, apa gunanya untuk siswa tersebut nantinya, saat mereka telah duduk di bangku sekolah untuk belajar.
Mari kita telaah lebih jauh lagi tentang masa pengenalan siswa ini. Para panitia tidak hanya menyuruh siswa baru mengenakan pakaian yang nyeleneh. Mereka juga telah mempersiapkan senjata ampuh yang khusus mereka hadiahakan kepada adik-adik kelas mereka ini. Senjata ampuh tersebut adalah barang-barang aneh yang dikemas dalam bentuk teka-teki. Para siswa baru harus membawa semua barang yang telah disampaikan oleh panitia MOS untuk keesokan harinya. Itu artinya, siswa baru harus memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin untuk menjawab teka-teki dan mencari barang yang diminta oleh panitia. Jika mereka tidak berhasil membawa barang-barang tersebut, maka konsekuensinya adalah, siswa baru harus ikhlas menerima ‘perlakuan’ dari panitia. Biasanya panitia akan memberikan hukuman dari yang nyeleneh sampai yang menguras tenaga. Padahal tujuan siswa baru ini masuk sekolah adalah untuk belajar, bukan untuk diberi hukuman seperti ini.
Dalam kegiatan masa pengenalan siswa ini tidak pernah ketinggalan yang namanya teriakan-teriakan histeris yang diperdengarkan kakak kelas kepada siswa baru. Mereka akan terus mencari-cari kesalahan yang dibuat oleh siswa baru supaya mereka punya alasan untuk menghukum dan meneriaki mereka sesuka hati. Saat ditanya kepada pihak sekolah terkait dengan cara panitia meneriaki siswa baru ini, mereka mengatakan bahwa hal ini sebagai latihan mental untuk siswa baru. Namun, jika kita lihat lebih jauh lagi tidak mungkin di dalam kehidupan sekolahnya nanti seorang siswa akan mendapat permasalahan yang begitu kerasnya seperti yang dipertontonkan dalam kegiatan masa pengenalan siswa ini.
Setiap orang memiliki daya tahan yang berbeda-beda saat dia berada dalam suatu masalah. Ada yang kuat, ada pula yang tidak kuat dalam menghadapinya. Teriakan-teriakan yang diberikan oleh panitia ini sangatlah tidak medidik untuk siswa baru. Psikis seseorang yang diteriaki akan mengalami beberapa gangguan seperti trauma atau gangguan-gangguan yang lain. Tak jarang siswa baru menangis saat kegiatan ini berlangsung. Kembali lagi kepada tujuan siswa baru tersebut masuk sekolah. Mereka memiliki tujuan mulia, yaitu belajar bukan malah menerima teriakan-teriakan tidak jelas yang terkadang meneriaki kesalahan yang tidak masuk akal.
Kegiatan masa pengenalan siswa ini terus saja berlangsung. Tak luput dengan hukuman, teriakan, dan hal-hal aneh lainnya yang menurut penulis tidaklah memiliki manfaat, seperti siswa baru yang harus mencari tanda tangan semua guru dan panitia MOS. Namun, dengan cara yang aneh pula seperti para panitia dan siswa baru musti kejar-kejaran. Ada pula panitia yang sengaja ngumpet dari siswa baru. Tujuannya hanya satu agar siswa baru tidak dapat melengkapi tanda tangannya dan ujung-ujungnya mereka akan mendapatkan hukuman lagi. Memang benar, jika kita lihat dari segi positifnya, siswa baru akan lebih mengenal guru-guru dan kakak kelas mereka. Namun, jika dibandingkan dengan segi negatifnya, penulis merasa segi negatifnya lebih banyak daripada segi positifnya.
Dari kegiatan masa pengenalan ini para siswa baru dilatih untuk menjadi manusia kompetetif yang melakukan berbagai cara agar mereka terlepas dari hukuman, entah itu cara yang benar atau yang melanggar aturan. Kegiatan ini juga mengajarkan jiwa premanisme serta mengembangkan sifat yang mengutamakan balas dendam dan seharusnya jiwa plus sifat seperti ini tidak ada di dalam kamus para pelajar.
Dengan melihat segi negatif yang bertebaran dalam kegiatan masa pengenalan siswa baru ini hendaknya kita melakukan pembaruan. Bisa saja dengan menghapuskan yang namanya masa pengenalan siswa baru atau menganti semua hal yang berkaitan dengan kegiatan ini. Paling tidak semakin bertambah tahun, kita bisa meminimalisir segi negatif yang menjamur sejak jaman dahulu. Sehingga tujuan yang dicita-citakan dari kegiatan ini menjadi jelas dan terealisasikan secar benar.